Thursday 16 November 2017

Siswa sebagai subjek belajar forex


Yang dimaksud dengan objek atau sasaran pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatanproses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatianpengamatan. Karena pihak penilaievaluator ingin memperoleh informasi tentang kegiatanproses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui objek dari pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi yaitu segi input transformasi dan output. Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, entrada tidak lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal: por exemplo, o programa de mengikuti pendidikan suatu lembagasekolahinstitusi maka calon peserta didik harus memiliki kemampuan yang sepadan atau memadai, sehingga nantinya peserta didik tidak akan mengalami hambatan atau kesulitan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut Attitude Test. Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat mempengaruhi mereka dalam mengikuti programa pendidikan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut Teste de Personalidade. Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manuscrito sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale. Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manuscrito sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale. Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai 8220mesin pengolah bahan mentah menjadi barang jadi8221, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan karena itu objek-objek yang termasuk dalam transformasi itu perlu dinilaidievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan antara lain. 1. Kurikulummateri pelajaran, 2. Metode pengajaran dan cara penilaian, 3. Sarana pendidikanmedia pendidikan, 4. System administrasi, 5. Guru do personal lainya dalam proses pendidikan. Sasaran dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut Achievement Test. Subjekpelaku pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut subjek evaluasi untuk setiap tes ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku, karena tidak setiap orang dapat melakukannnya. Dalam kegiatan avalasi pendidikan di mana sasaran avalasinya adalah sasaran belajar, maka subjek avalasinya adalah guru atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya adalah peserta didik, maka subjek evaluasinya adalah guru atau petugas yang sebelum melaksanakan avalasi tentang sikap itu, terlebih dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai sikap seseorang. Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta didik, di mana pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes yang sifatnya baku (teste padronizado), maka subjek avalasinya tidak bisa lain kecuali seorang psikolog yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli yang Profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa desarmando alat-alat avalasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang itu sifatnya rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat dikerjakan oleh orang lain . 2.1.3 Pengukuran Bidang Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik A. Kompetensi Guru Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan sebuah komponen yang mempengaruhi belajar siswa. Guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Sebagai manusia, dalam dirinya, seorang guru mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kedua aspek tersebut berpengaruh terhadap jati dirinya sebagai seorang guru pendidik. Kompetensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Terkait dengan peranan yang dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru adalah kemampuan guru tersebut mengajar dan mendidik siswanya. Kompetensi guru dibagi menjadi 3 yaitu kompetensi kognitif, afektif e dan psikomotorik. Kompetensikemampuan kognitif guru adalah kemampuan guru di mana ia mengatur dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran. Artinya, kemampuan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi materi mana yang harus disampaikan kepada siswa, memilih materi yang cocok dan sesuai, serta menerapkan metode mengajar yang sesuai dan pemikiran yang kreatif. Dalam proses belajar mengajar, kompetensi guru sangat berpengaruh karena meliputi sejumlah kemampuan dalam penerapan metode mengajar yang juga akan membawa pengaruh dalam kelas. Guru yang menguasai materi dan kreatif akan dapat menciptakan kelas yang termotivasi tinggi sehingga proses peningkatan keterlibatan siswa menjadi terdukung. Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam melibatkan aspek kemanusiaan dalam mendidik siswa. Aspek kemanusiaan tersebut adalah cinta (amor), pengertian (compreensão), kesabaran (paciência), dan penghargaan (apreciação) yang ia berikan kepada siswa. Sebagai makhluk Tuhan, siswa tidak hanya sebagai subyek pembelajaran, tetapi mereka juga manusia yang mempunyai hati dan perasaan. Guru yang penuh cinta, kepedulian, dan pengertian akan membuat siswanya senang dan termotivasi untuk belajar. Sebaliknya, guru yang kejam dan mempunyai kewenangan tinggi dan suka meremehkan siswanya akan membuat siswa kurang termotivasi dan merasa tidak nyaman saat belajar. Kompetensi atau kemampuan psikomotor adalah kompetensi guru dalam menggerakkan tubuhnya dan melakukan sesuatu kegiatan sebagai hasil kerja otak dan pikiran. Kompetensi seperti ini dapat dibentuk kemampuan guru dalam mengajar saat proses belajar mengajar berlangsung. Kepribadian seorang guru juga mempunyai pengaruh yang besar dalam proses belajar mengajar. Pengaruh tersebut lebih dikenakan pada tujuan pembelajaran siswa karena hal itu erat kaitannya dengan guru yang bersangkutan. Kepribadian guru tersebut melbatkan hal seperti nilai, semangat bekerja, sifat atau karakteristik, dan tingkah laku. Sebagai manuscrito seorang guru mempunyai nilai (valores) yang diimplementasikan saat ia berbicara dan bertingkahlaku di depan kelas. Sebagai contoh, rasa tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hal, kesediaan membantu orang lain, berkorban, dan lain-lain. Termasuk dari tuntutan kurikulum dan buku, guru juga harus bias menyampaikan perasan yang terkandung di dalamnya yang berkaitan dengan nilai kehidupan kepada siswa. B. Kompetensi Siswa. Desarmamento do guru, keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar juga mempunyai pengaruh yang sangat besar. Seperti layaknya guru yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebagai manusia, siswa mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kompetensi tersebut juga meliputi hal yang sama yaitu kognitif, afektif e dan psikomotor. Kompetensi siswa merupakan kemampuan eang dimiliki oleh siswa untuk menerima dan menerapkan semua materi yang telah disampaikan oleh guru kepada mereka. Kompetensi kognitif siswa merupakan kemampuan siswa dalam mengembagkan cara berpikirnya dalam menerima materi. Kompetensi afektif adalah kemampuan siswa dalam membangun motivasi bagi diri mereka sendiri sehingga tercipta kesiapan untuk melaksanakan proses belajar. Sedangkan kompetensi psikomotor merupakan kemampuan yang melibatkan gerakan tubuh siswa sebagai hasil pembelajaran yang ia serap dari proses belajar. 2.2 Menentukan Comportamento Entrando Comportamento adalah gambaran tentang kesiapan siswa. Kesiapan yang paling penting diketahui guru ialah kesiapan siswa dalam hal pengetahuan dan keterampanan dihubungkan dengan tujuan pengajaran karena entrando comportamento mampu menjelaskan kapan pengajaran harus dimulai. Secara keseluruhan ada 4 hal yang harus diperhitungkan dalam menentukan entrando em comportamento siswa. Ini yang pertama dan paling utama. Teknik yang paling mudah dalam menentukan kesiapan ialah menyelenggarakan pré-teste. Isi pretest disini bukan mengenai bahan yang akan diajarkan melainkan mengenai bahan yang mendahuluinya (pré-requisito-nya) tes mengenai penguasaan bahan dapat mempermudah siswa mempelajari bahan yang akan diajarkan. Ini adalah konsep yang menyangkut keadaan biologis dan psikologis yang sering disebut dengan istilah masa peka. Comportamento de entrada siswa yang menyangkut kematangan dapat ditetapkan dengan cara mengajukan pertanyaan. Apakah sudah tepat waktunya mengajarkan bahan tersebut pada siswa. secara teoritis kematangan siswa untuk mempelajari bahan baru ditentukan dengan menggunakan teori-teori biologi dan psikologi. Teori-teori itu dapat menjelaskan masa-masa peka manusia pada umumnya. Kesiapan dan kematangan merupakan dua pertimbangan entrando no comportamento yang amat erat hubungannya. Siswa yang belum matang (peka) tentu saja belum siap, tetapi siswa yang belum siap mungkin saja sudah matang. 3. Perbedaan individu Dalam pengajaran, guru harus mempertimbangkan perbedaan individu. Ini adalah salah satu ciri pengajaran moderno yang mengangggap manusia adalah makhluk individual, yang tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Perbedaan individu itu banyak seginya. Yang penting dalam menentukan entrando em comportamento siswa adalah perbedaan umur, jenis kelamin, dan perbedaan dalam pengetahuan. Pertimbangan mengenai umur akan mempengaruhi cara mengajar, evaluasi, penggunaan alat, dan lain-lain. Cara mengajar dengan menggunakan metode diskusi misalnya, jelas ditentukan juga entrando em comportamento berapa umur siswa. Anak kecil belum dapat diajar dengan menggunakan metode diskusi. Pemilihan bahan juga ditentukan oleh pertimbangan umur siswa. 4. Perbedaan individu siswa. Teori-teori tentang kepribadian termasuk bagian yang sulit dalam psikologi. Ada siswa yang kepribasiannya terbuka dan ada yang tertutup ada yang pendiam ada yang lincah ada yang menyenangi keterusterangan ada yang menyukai sindiran berupa kalimat bersayap ada yang senang bergaul ada yang suka menyendiri ada yang gampang tersinggung tetapi banyak yang tidak mudah tersinggung ada yang dengan mudah memaafkan dan Ada sedikit yang tidak membro do Mudah maaf kepada temannya yang bersalah sekalipun tidak sengaja. Hubungan antara susunan kepribadian yang bermacam-macam itu dengan entrar comportamento ialah entrar comportamento itu merupakan keputusan kita tentang hubungan keadaan kepribadian itu dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Dalam operasinya, pengetahuan kita tentang keadaan kepribadian siswa akan mengilhami keputusan kita mengenai entrando em comportamento siswa. Tujuan utama menentukan entrando em comportamento siswa ialah agar guru dapat menyelesaikan pengajaran yang efektif dan efisien. Keputusan kita tentang entrando em comportamento siswa akan menentukan pemilihan materi pengajaran, bentuk interaksi (metode), pemilihan alat, evaluasi, dan lain-lain. 2.2.1 Menetapkan Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar dalam Rangka Mengidentifikasi Comportamento Enterrado Siswa a. Sasaran-Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar Setiap kegiatan belajar mengajar pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari sangat operasional dan konkret sampai yang bersifat universal. Tujuan itu pada akhirnya harus diterjemahkan dalam ciri-ciri sifat-sifat wujud perilaku dan pribadi dari manusia yang dicita-citakan. Sistem pendidikan harus melahirkan para warga Negara yang memiliki empat kemampuan, kecakapan dan sifat utama, yaitu. Auto-realização, maksudnya manuscrito harus mampu mewujudkan dan mengembangkan bakat-bakatnya seoptimal mungkin. Relacionamento humano (hubungan antar manusia) Eficiência econômica (efisiensi ekonomi) Responsabilidade civil, manuscrito harus memiliki tanggung jawab sebagai warga negara b. Entering Comportamento Siswa Meskipun terdapat keragaman dari berbagai paham dan teori tentang makna perbuatan belajar, namun teori manapun pada akhirnya cenderung untuk sampai Pada konsensus bahwa hasil perbuatan belajar itu dimanifestasikan dalam perubahan perilaku dan pribadi baik secara material-substantivo, struktural-fungsional, maupun secara behavioral. Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan belajar mengajar inilah yang dimaksudkan dengan Começando Comportamento. Começando Comportamento ini akan dapat kita identifikasikan dengan berbagai cara, antara lain. 1. Secara tradisional, lazimnya para guru memulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan-bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru. 2. secara inovatif, guru-guru sudah mulai mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan cara melakukan pré-teste sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Dengan mengetahui gambaran tentang entrando em comportamento, siswa akan memberikan banyak sekali bantuan kepada guru, antara lain. 1) Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual antarsiswa dalam taraf kesiapannya, kematangannya, serta tingkat penguasaan dari pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai landasan bahan baru. 2) Dengan mengetahui disposisi perilaku siswa tersebut, guru akan dapat mempertimbangkan dan memilih bahan, metode, teknik, dan alat bantu belajar mengajar yang sesuai. 3) Dengan membandingkan nilai hasil pré-teste dengan nilai hasil akhir, guru akan memperoleh indikator yang menunjukkan seberapa banyak perubahan perilaku yang terjadi pada siswa. Mengingat hakikat perubahan perilaku itu dapat berupa penambahan, peningkatan hal-hal baru terhadap hal lama yang telah dikuasai, atau bahkan berupa pengurangan terhadap perilaku lama yang tidak diinginkan (merokok, mencontek, dsb). Maka sekurang-kurangnya ada tiga dimensi dari entrando comportamento itu yang perlu diketahui guru adalah. uma. Batas-batas cangkupan ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki e dikuasai siswa. B. Tingkatan dan urutan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemempuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang telah dicapai e dikuasai siswa. C. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikomorik, proses-proses kognitif, pengalaman, mengingat, berpikir, afektif, emosional, motivasi, dan kebiasaan. Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan. A) Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui por siswa yang akan diajar. B) Tingkat dan tahap serta jenis kemamupuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan. C) Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan. D) Seberapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai. Menurut berbagai penelitian, belajar yang efektif hanya akan terjadi jika siswa turut aktif dalam merumuskan serta memecahkan berbagai masalah. Siswa adalah salah satu komponen yang menempati posisi sentral dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Di dalam proses pembelajaran siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Dalam hal ini, selama proses pembelajaran siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, bukan sebagai objek. Pandangan yang menganggap siswa sebagai objek belajar adalah sebuah kekeliruan, karena dengan penempatan ini berarti mengajarkan siswa untuk pasif. Sedangkan pengertian siswa sebagai subyek mengarahkan agar siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. Hal ini selaras dengan sistem pengajaran moderno yang menempatkan siswa sebagai pihak yang aktif dalam membentuk pengetahuannya sendiri (Ibrahim dan Suparni, 2008). Menurut teori metakognisi bahwa siswa yang belajar mestinya memiliki kemampuan tertentu untuk mengatur dan mengontrol apa yang dipelajarinya (Uno, 2008). Secara rinci Woolfolk dalam Uno (2008) mengatakan bahwa kemampuan itu meliputi empat jenis, yakni kemampuan pemecahan masalah, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan berfikir kritis, dan kemampuan berfikir kreatif. Apabila keempat kemampuan tersebut dapat dikembangkan oley siswa melalui proses pembelajaran, dapat diperkirakan bahwa kualitas hasil belajar siswa paling tidak akan memenuhi tuntutan masyarakat dewasa ini. Jika ini dapat diwujudkan, maka siswa akan menjadi saída pendidikan yang memiliki karakter kemandirian dalam berfikir, berani mengambil keputusan, jujur, serta memiliki kreativitas yang tinggi. Selama ini, karakter ini barulah sebatas impian, sebab modelo pembelajaran yang diberikan kepada siswa masih bersifat monoton dan kaku. Hal ini tentunya akan menghambat kemampuan berfikir kritis, berfikir kreatif e pemecahan masalah siswa. Hal ini juga selaras dengan peraturan Permendiknas tentang prinsip pelaksanaan kurikulum, yakni siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

No comments:

Post a Comment